Sempat tergelitik oleh sebuah pesan yang datang pada saya di tahun 2019, bahwa saya tidak bisa diajak beramal jama’i di tahun 2010. Lantas saya pun berpikir mengapa pesan itu harus sampai pada 9 tahun kemudian. Lalu apakah definisi amal jama’I, apakah diri ini sudah mengamalkan amal jama’I? Mari kita simak penjelasannya berdasarkan hasil penelusuran saya.
Ah iya, pertama-tama harus dipahami dulu definisi amal jama’i. Secara ilteral amal adalah perbuatan baik, jama’i adalah jamaah atau bersama-sama, sehingga menjadikan amal jamaii berdefinisikan perbuatan baik yang dikerjaan secara bersama-sama. Jika ditarik lebih khusus lagi adalah suatu “misi” yang dilaksanakan dalam suatu kelompok atau organisasi. #cmiiw
Yang membuat saya bertanya pada senior saya di kampus maupun di kantor, apa definisi amal jama’i. Melalui Whatsapp beliau menjawab seperti ini;
“Resti bekerja melakukan monev, itu bagian dari amal jama’i di BAZNAS. Secara literal, amal jama’i artinya amal yang dilakukan secara kolektif (berjamaah). Tapi pekerjaan monev yang dilakukan Resti, bisa jadi hanya amal individu, bukan amal jama’i di BAZNAS.”
Karena pemahaman saya akan isi pesan tersebut terbatas, lalu saya menemui beliau secara tatap muka; Lebih lanjut penjelasan beliau adalah bahwa amal jama’i adalah ketika kegiatan yang kita laksanakan merupakan visi/misi organisasi maka qt bisa dikatakan beramal jama’i. Ketika pekerjaan yang saya lakukan sejalan dengan visi misi tempat saya bekerja, maka saya melakukan amal jama’i. Tapi jika saya melakukan pekerjaan sekedar mengharapkan gaji maka yang saya dapat hanyalah gaji.
Dari sini saya belajar bahwa amal itu tergantung niat, kita akan mendapatkan hasil sesuai dengan niat kita. Jika bekerja hanya mengharapkan materi, ya maka hanya materi yang kita dapatkan. Jika niatnya adalah beramal jama’i, maka akan mendapatkan pahala beramal jama’i. Ah, lalu saya melihat kembali pada diri saya apakah sudah benar niat ini?
Saya sangat bersyukur ditempatkan di BAZNAS sebuah lembaga besar, lembaga pemerintah, lembaga dakwah, dimana di dalamnya terdapat orang-orang baik yang saling mengingatkan, mengenai nilai-nilai islam, akhlak dan tidak sedikit yang royal berbagi ilmu yang dimiliki. Saya mendapatkan insight dari salah satu rekan kerja saya, bahwa ketika bekerja tidak saja hal teknis yang dipikirkan/dikerjakan melainkan kita harus mampu melihat nilai atau makna atau latar belakang mengapa kita harus mengerjakan pekerjaan tersebut sehingga kita bisa memahami atau memaknai peran kita dalam melakukan pekerjaan atau lebih jauh dapat menjalankan amal jama’I bersama.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa pesan ini baru datang Sembilan tahun kemudian? Karena Sembilan tahun kemudian, saya mampu menerima pesan ini dengan hati lapang dan mampu memetik pembelajaran dari pesan tersebut. Maka saya berterima kasih pada penyampai pesan tersebut. Semoga Allah senantiasa meluruskan niat dalam hati kita, memperbaiki amal jama’I kita dan diberi kelapangan hati untuk tidak mrasa satu lebih baik dari lainnya.
Leave a comment